Museum Gondangwinangoen, Museum yang Berisikan Berbagai Peralatan Pembuatan Gula

 


Deskripsi Wisata : 

Gondang Winangoen merupakan museum gula yang ada di Klaten, Jawa tengah. Di dalamnya kita bisa melihat replika replika dari alat pembuatan gula, suasana pabrik gula serta perkebunan tebu, foto yang bersejarah, hingga alat komunikasi lama terdapat didalamnya. Didalamnya juga terdapat lokomotif kereta tebu dan ini adalah wisata yang cocok untuk kamu yang ingin mempelajari bagaimana awalnya gula terbentuk. Tidak hanya pembuatan gula tapi Pabrik nya mempunyai kisah yang menarik.

Sejarah Singkat : 
 Museum ini dibangun pada 11 September 1982 yang merupakan satu-satunya museum Gula yang ada di Jawa Tengah. Museum berlokasi pada rumah bekas pejabat dari kolonial Belanda. Perkembangan industri gula di Pulau Jawa mencapai kejayaanya pada 1984-1932, pada periode tersebut produksi gula di Pulau ini dapat memenuhi permintaan pasar dunia. Menurut Buku Archief Voor de Java Suikerindutrie Kuba adalah produsen gula top dunia, tapi Jawa mengikutinya. Hingga suatu saat situasinya pun berbalik, sehingga bisa melampaui Kuba pada 1897. Hal ini sangat luar biasa pasalnya hasil produksinya mencapai 605 juta kilogram atau 605.000ton. Hal itu dipasok dari 148 pabrik gula yang ada di Jawa Pabrik Gula Gondang juga ikut andil dalam hal tersebut

Jam Operasional : 

  • Senin-Kamis        : Pukul 08.00-13.30 WIB
  • Jum'at              : Pukul 08.00 - 11.00 WIB
  • Sabtu              : Pukul 08.00-12.30 WIB

Harga Tiket Masuk dan Parkir : 
Tiket Pengunjung : Rp.5000
Tiketmontit : Rp.7500

Fasilitas Wisata :

  • Tempat parkir memadai
  • Pusat informasi wisata
  • Toilet / kamar mandi
  • Tempat parkir memadai
  • Pusat informasi wisata
  • Toilet / kamar mandi
  • Spot wisata menarik


Lokasi Wisata :
Jl. Raya Solo - Yogyakarta KM.25, Karang Asem, Plawikan, Kec. Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57452

Share:

Hutan Gergunung, Wisata yang Sering Disebut Sebagai Taman Seribu Pelangi

 kandang merpati hutan kota gergunung klaten

Kandang merpati ini bisa dikatakan salah satu ikon Hutan Kota Gergunung. Memiliki bentuk dan desain unik. Foto: Google Maps/Zeny Maisyah

  • Deskripsi Wisata.

Hutan Gergunung atau bisa disebut Taman Seribu Pelangi. berada ditengan kota Klaten dengan berbagai tanaman terutama tanaman buah yang sengaja ditanam di lokasi ini. Setiap tanaman yang ditanam di hutan kota ini juga diertai dengan nama jenis tanamannya. Jadi Anda bisa mengetahui jenis-jenis tanaman yang ada disini. Hutan Gergunung ini sangat besar dan luas sekali. Taman yang mendapat pemihakan dari Corporate Social Responsibilty (CSR) PT Sari Husada ini dibangun sangat menarik.

Ada tempat bermain untuk anak, beragam tanaman dan bunga, jalan setapak dari batu yang membuat nuansa alaminya sangat kuat, bangunan dan ornamen yang artistik sehingga mempercantik saat melakukan foto dan sebagainya. Mushola juga disediakan bagi Anda yang ingin beribadah disana. Selain itu terdapat "Pagupon" atau rumah merpati yang menjadi ikon taman ini. Jika beruntung Anda bisa menyaksikan burung merpati ini beterbangan di pagupon.

  • Lokasi Wisata.
Jl. Ki Ageng Gribig, Gergunung, Klaten Utara, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

  • Jam Operasional.
-

  • Harga Tiket.
-

  • Fasilitas.
-Area Parkir.

-Toilet.

-Mushola.

  • Sejarah Wisata.
-

Share:

Taman Lampion, Keindahan Taman pada Kota Klaten


tamanlampion-visitklatencom-5
  • Deskripsi Wisata.
Taman Lampion Klaten menawarkan ruang terbuka hijau di tengah kota. Area taman yang dihiasi berbagai ornamen, patung, dan lampion semakin menambah semarak keindahan taman rekreasi ini.

Kehadiran Taman Lampion merupakan fasilitas rekreasi baru bagi masyarakat sekitar. Tak hanya itu, tak sedikit wisatawan dari luar daerah yang berkunjung. Menikmati Klaten dari sisi lain, sambil bersantai dengan suasana yang asri. Dan selain menjadi wahana rekreasi baru, juga menjadi sarana penghijauan di perkotaan.
  • Lokasi Wisata.
Gg. Tidar, Barenglor, Bareng Lor, Klaten, Klaten, Jawa Tengah.
  • Jam Operasional.
 04.30 - 21.00 WIB.
  • Harga Tiket.
-
  • Fasilitas.
-Area Parkir.
-Toilet.
  • Sejarah Wisata.
-

Share:

Taman Kota Klaten, Taman Indah Pada Kota Klaten

taman kota klaten visitklaten.com

  • Deskripsi Wisata.

Pariwisata Yang satu ini awalnya dibangun di jalan perbelanjaan di sebelah alun-alun kabupaten. Ide yang menarik adalah mengubah daerah ini menjadi tujuan wisata baru yang menyegarkan. Anda akan menemukan pemandangan indah lengkap dengan wahana bermain anak-anak. Tempat ini juga cocok digunakan sebagai tempat nongkrong bersama dengan anggota keluarga tercinta. Lokasi taman kota Klaten di pusat kota begitu strategis untuk menjadi tujuan wisatawan dari luar daerah.

Bagi penggemar foto selfie, taman kota Klaten City bisa menjadi pilihan yang tepat. Anda dapat mencoba mengambil gambar di dekat taman yang dihiasi dengan patung jerapah atau dekat dengan air mancur. Jika anda sedang berkunjung ke Klaten, maka anda bisa mampir ke tempat wisata murah ini. Anda hanya perlu membayar biaya parkir kendaraan yang sekitar 2 ribu rupiah saja. Ada banyak penjual kuliner di dekat taman alun-alun kota sehingga Anda tidak perlu khawatir jika ingin membeli makanan atau minuman.
  • Lokasi Wisata.
Alun-alun Klaten (Jl. Pemuda), Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
  • Jam Operasional.
24 jam setiap hari.
  • Harga Tiket.
-
  • Sejarah Wisata.
-

Share:

Gethuk Yoko, Gethuk Warna Warni Khas Kota Klaten


getuk yoko

  • Deskripsi Kuliner.

Jika anda datang ke Klaten wajib mencoba getuk Yoko Kurung. Ya, makanan ini hanya bisa anda temui di Klaten saja. Karena ini adalah salah satu makanan khas Klaten yang sudah populer di kalangan masyarakat.

Bagi yang belum tahu Getuk adalah makanan olahan yang terbuat dari singkong yang direbus lalu ditumbuk sampai halus dan biasanya ditaburi kelapa parut saat dimakan.

Makanan ini adalah makanan tradisional yang banyak ditemui di daerah Jawa Tengah seperti ‘gethuk goreng‘ yang berasal dari Banyumas, ‘gethuk lindri‘ dari Magelang.

  • Bahan Kuliner.

-500 gram (gr) singkong kupas.
-150 gr gula pasir.
-2 sdm gula jawa/merah.
-1/4 sdt garam.
-1 sdt vanili bubuk.
-Kelapa parut secukupnya.
-Pewarna makanan secukupnya.
  • Harga Kuliner.
1 pcs biasanya berkisar Rp. 1.000,00

Share:

Kuliner Keripik Paru, Keripik Renyah Khas Kota Klaten



  • Deskripsi Kuliner.
Keripik paru merupakan salah satu makanan tradisional khas Kota Klaten. Keripik paru termasuk dalam kategori jenis kue kering yang dibuat dengan cara digoreng. Umumnya Keripik paru ini dijual di toko-toko kue, pasar modern atau pusat perbelanjaan lainnya.

  • Bahan Kuliner.
-Paru sebanyak 750 gram (bekukan di freezer).

-Air asam jawa sebanyak 1 sendok makan (terbuat dari larutan 1/2 sendok teh asam jawa dan 2 sendok makan air).

-Minyak goreng secukupnya (untuk menggoreng).

-Garam dapur 1 sendok teh.

-Bawang putih sebanyak 8 siung.

-Kencur sebanyak 4 cm.

-Garam dapur sebanyak 2 sendok teh.

-Ketumbar sebanyak 1 sendok makan.

-Gula pasir sebanyak 1/2 sendok teh.

-Kemiri sebanyak 5 butir (sangrai ).

-Tepung sagu sebanyak 50 gram.

-Santan kelapa sebanyak 180 ml (dari 1/4 butir kelapa).

-Kuning telur sebanyak 1 butir.

-Tepung terigu sebanyak 75 gram (protein sedang).

  • Harga Kuliner.
Biasanya harga berkisar Rp. 15.000,00

Share:

Tumpang Lethok, Kuliner Sayur yang Diguyur Dengan Kuah Lethok



  • Deskripsi Kuliner.
Tumpang lethok merupakan kuliner yang sering ditemui masyarakat Jawa.Tumpang lethok memiliki cita rasa khas pedas gurih. 
  • Bahan Kuliner.
-Sayur.
-Kuah lethok, berbahan dasar:
>tempe semangit.
>cabai, bawang.
> daun salam.
>garam.
>daun jeruk. 
  • Harga Kuliner.
Biasanya dimulai dari harga Rp. 9.000,00

Share:

Kuliner Sego Wiwit, Kuliner Porsi Lengkap Harga Murah

Sego Wiwit
Sego Wiwit ( twitter.com / @maiadestya)
  •  Deskripsi Kuliner.

Karena wilayah Kota Klaten yang dihimpit oleh dua kerajaan dan Kraton, yaitu di sebelah barat ada Kraton dari Kasunanan Yogyakarta, dan di sebelah timur merupakan Kraton Kasunanan Surakarta. 

Hal ini membuat Klaten erat akan kebudayaan kuliner yang khas dan beragam, seperti salah satunya adalah sego wiwit. Dalam bahasa Jawa Sego artinya nasi, sedangkan Wiwit artinya memulai.

Menurut kepercayaan warga setempat, Sego Wiwit Klaten  dibuat untuk menghormati Dewi Sri sang Dewi padi, sekaligus sebagai tanda syukur atas rezeki yang telah diberikan Tuhan.

Pada awalnya sego wiwit hanya bisa dijumpai pada tradisi slametan atau syukuran ketika para petani akan mulai menanam padi atau memanen padi. Tradisi ini dilakukan agar padi yang ditanam akan berhasil baik dan sebagai rasa syukur karena akan memanen padi.

Tetapi sekarang, sego wiwit dapat kita jumpai di warung makan atau restoran yang menyajikan masakan tradisional. Banyak variasi lauk-pauk yang bisa kita jumpai di sajian sego wiwit di berbagai restoran.

  • Bahan Kuliner.
-Nasi putih dibentuk kerucut.

-Urap.

-Ayam Goreng.

-Tempe.

-Tahu.

-Ikan asin.

-Telur rebus.

-Sambel kedeai bubuk.

  • Harga Kuliner.
Harga biasanya adalah Rp. 5.000,00

Share:

Kuliner Kepelan, Kuliner Nikmat yang Berasal dari Desa Keden




  • Deskripsi Kuliner.
Tidak lengkap rasanya bila anda pergi berwisata ke Kota Klaten tanpa ditemani hidangan kuliner cemilan khas Kota Klaten yaitu kepelan. Kepelan sendiri adalah makanan ringan  yang berasal dari Desa Keden, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Hidangan ini menjadi lebih nikmat bila dalam kondisi hangat dan dicocol dengan saus sambal atau saus kacang.

  • Bahan Kuliner.
-Tepung terigu.

-Bawang merah.

-Bawang putih.

-Merica.

-Garam.

-Air.

-Sedikit penyedap rasa.

  • Harga Kuliner.
Rp. 5.000,00

Selain digoreng ada juga yang dibakar menyerupai sate, untuk satu tusuk berisi 4-5 buah, dengan harga:

Rp. 1.000,00



Share:

Makam Ronggo Warsito, Makam Misterius yang Dihuni Banyak Kelelawar

 


Deskripsi Singkat : 

Makam Raden Ngabehi Ronggowarsito di Dusun Kedon, Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Di tempat tersebut diuni koloni kelelawar, tentu itu hal yang misterius. Itu hal yang sangat unik bukan tetapi menurut Juru Kunci (Dayat) sendiri jumlah kelelwar mungkin bisa ribuan bahkan ratusan ribu. Ukurannya lebih besar dari kelelawar biasa.

Dengan tanah berluaskan 500m2, kompleks makam tersebut dipagar tembok 2 meter. Gapura timur yaitu gapura depan dan gapura belakang menghadap ke barat. Cungkup Makam Ronggowarsito hanya memiliki ukuran 6,5mx17m.

Kenapa Kelelawar tersebut menetap di Makam?

Dikisahkan sebenarnya cungkup dihuni Burung gereja tapi, pada tahun 1970-an datanglah rombongan kelelawar itu dan menetap hingga sekarang. Perilakunya pun unik dikutip dari DetikJateng.com "Saat pukul 17.30 keluar terbang dari sarang bersamaan dan kembali pukul 04.00 arahnya pun sama." Menurut sang Juru Kunci

Tentu kelelawar begitu banyak akan meninggalkan kotoran yang tidak sedikit bahkan bisa mencapai 50 kilogram dalam 1 pekan itu pun digunakan untuk pupuk Kata Dayat sang Juru Kunci. Menurut para warga mereka penunggu cungkup, dan peliharaan eyang eyang. Kelelawar tersebut pun sudah pernah diusir berkali-kali tapi tetap saja kembali lagi "Ucap warga Setempat". 

Biografi singkat: 

Ronggowarsito ialah pujangga besar dari Keraton Surakarta. Beliau merupakan keturunan dari Yasadipura II tu Pujangga Keraton Surakarta. Jabatan tersebut di teruskan oleh sang Ronggowarsito. Karya-karyanya tersimpan pada Museum Radya PUstaka Surakarta, Reksapustaka Mangkunegaran. 

Ronggowarsito ialah putra dari Ronggowarsito II lahir pada tanggal 10 Dulkangidah tahun be 1728, wuku Sungsang. Tepatnya 15 Maret 1802. Diberi neneknya nama Bagus Burham, diasuh oleh sang Ki Tanujaya Abdi. Pada Masa Kecilnya ia sangatlah nakal dikarenakan sangat dimanjakan oleh sang nenek. Pada umur 12 ia diserahkan pada Kyai Iman Bersari. Saat dewasa pun ia mengabdi pada Keraton Surakarta yang menjadi Abdi dalem dalam bidang Kesustraan dan beliau juga mendapat gelar tertinggi karena beliau adalah Penewu Carik. Saat berusia 30 tahun ia diangkat sebagai Kaliwon Carik Kadipaten Anom serta diangkat menjadi Pujangga. Ia wafat pada 24 Desember 1873 di usianya yaitu 73 tahun 349 hari. Beliau dimakamkan di Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten  Klaten.

Lokasi Tempat :
Jl. Ronggowarsito No.11, Padangan, Palar, Kec. Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57467

Share:

Makam Kyai Gribig, Pejuang Islam dari Pulau Jawa



Deskripsi lokasi : 
Makam Sunan Gribig terletak pada  Jatinom, desa Jatinom, kecamatan Jatinom, kabupaten Klaten adalah salah satu tempat wisata religi yang berlokasi di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.Makam Sunan Gribig terkenal di kalangan peziarah dikarenakan merupakan salah satu penyebar agama Islam yang besar dan berhasil dan juga merupakan murid dari sang Sunan Kalijaga.
Kompleks Makam Ki Ageng Gribig memiliki luas 70 m x 40 m (2.800 m2)
Serta luas yang mencapai 15m x 12m (180m2). Kompleks makam tersebut berjarak ± 9 Km dari kota Klaten. Makam (batu nisan) dari beliau sendiri memiliki panjang 2m, yang dibuat dari batu merah dan kayu. Makam itu sekarang menjadi tempat ziarah, yang biasanya ramai dikunjungi pada malam Jumat legi dan Jumat kliwon.
 
Sejarah Singkat :
Sunan Gribig sang Syekh Wasihatno, beliau adalah keturunan Brawijaya V. Beliau juga termasuk keturunan Sunan Giri. Cukup kita membahas silsilah keluarganya, Ki Ageng Gribig berdakwah pada masyarakat yang masih banyak memeluk agama Hindu-Buddha. Ia bersyiar dari Klaten hingga Boyolali dan Surakarta. Beliau sangat pandai dalam strategi dakwah, karena masyarakat masih meyakini pohon dan batu besar bisa diyakinkan sehingga beriman pada Allah SWT. Hubungan Sunan Gribig dengan Sultan Agung sangat baik bahkan sampai ingin diangkat menjadi Bupati Nayaka tetapi beliau menolak dikarenakan ingin menjadi ulama dari pada pejabat. 

Masjid Alit, ialah masjid pertama dari buah tangannya. Banyak bukti sejarah bahwa beliauy adalah ulama yang berhasil dalam dakwahnya. Contohnya seperti Gua Suran dan juga Gua Belan. Dikisahkan ular dan macan menjadi penjagannya saat ia bersemedi. 

Saat kembali dari tanah suci ia membawa oleh oleh tetapi tidak cukup dibagikan kepada penduduk setempat, dan beliau membuat kue sejenis serta disebarkan kepada masyarakat. Beliau membagikannya sambil berkata "Ya Qowiyyu" berarti "Tuhan Berilah Kekuatan" Makanan ini disebut apem berasaldari bahasa arab "Affan" yang bermakna ampunan.  Maka dari itu pula ada Sebaran Apem Yaqowiyyu. Sunan Gribig diberi sebutan tersebut karena ia suka untuk tinggal di rumah beratap gribig (anyaman daun nyiur). 

Lokasi Wisata:
Jl. Masjid Besar No.125, Suran, Jatinom, Kec. Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57481


 

Share:

Sebaran Apem Yaqowiyu, Tradhisi yang dikunjungi beribu orang


  •  Deskripsi Budaya.
 Sebaran Apem Yaqowiyu merupakan tradisi atau festival yang diadakan setiap bulan Sapar di Jatinom, Klaten. Trasdhisi ini merupakan salah satu tradhisi yang terkenal.  Ciri khas tradisi Yaqowiyu adalah penyebaran kue apem yang terbuat dari tepung beras. Tradisi ini berawal dari Ki Ageng Gribig yang pulang setelah menunaikan ibadah haji di kota Mekkah. Setelah itu, Ki Ageng Gribig mengamanatkan untuk mengadakan tradisi ini setiap tahunnya.

Festival Sebaran Apem Yaqowiyu digelar sangat ramai dan meriah. Biasanya bila diadakan festival tersebut tidak sedikit orang yang datang, mungkin sekitar 1000 orang. 

  • Sejarah Budaya.
Yaqowiyu merupakan sebuah tradisi yang kali pertama diperkenalkan oleh Ki Ageng Gribig. Ki Ageng Gribig adalah ulama besar di daerah Klaten dan sekitarnya yang berperan menyebarkan Islam. Tradisi Yaqowiyu bermula ketika Ki Ageng Gribig pulang dari menunaikan ibadah Haji.  Ki Ageng Gribig membawa oleh-oleh berupa kue apem dan akan dibagikan kepada saudara, murid, dan tetangganya. Namun, oleh-oleh yang dibawa Ki Ageng Gribig tidak cukup, ia kemudian meminta keluarganya untuk membuat kue apem untuk dibagikan.

 Sejak 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ki Ageng Gribig selalu membagi-bagikan apem kepada orang-orang di sekitarnya. Mulai saat itulah, Ki Ageng Gribig mengamanatkan kepada masyarakat Jatinom, Klaten, untuk memasak sesuatu sebagai sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan. Amanat Ki Ageng Gribig inilah yang kemudian mengawali tradisi Yaqowiyu. 

Nama Yaqowiyu Tradisi Yaqowiyu diambil dari bagian akhir doa memohon kekuatan dalam bahasa Arab, yakni yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin.  Selain itu, penggunaan kue apem dalam tradisi ini memiliki maksud tersendiri. Kue Apem diambil dari kata bahasa Arab, yakni affum. Kata affum  memiliki makna maaf. Oleh sebab itu, makanan yang dibagikan dalam tradisi ini kemudian disebut dengan apem Yaqowiyu.

 Tradisi Yaqowiyu dilakukan setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa. Biasanya, ribuan kue apem akan disebarkan dari panggung permanen di selatan masjid yang berada di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig. Masyarakat kemudian percaya bahwa kue apem Yaqowiyu dapat membawa kesejahteraan bagi mereka yang mendapatkannya. 

sumber:https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/12/120000579/sejarah-tradisi-yaqowiyu-festival-penyebaran-kue-apem-di-klaten?page=all#page2


Share:

Candi Lumbung, Candi yang Berbentuk Seperti Tempat Penyimpanan Padi

  •  Deskripsi Wisata.
Candi Lumbung merupakan kompleks candi yang memiliki corak Buddha. Candi Lumbung diperkirakan dibangun pada awal abad ke-9 Masehi. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi induk yang dikelilingi oleh 16 buah candi perwara.

Nama Lumbung sendiri masih belum jelas diketahui secara pasti. Nama tersebut merupakan sebutan masyarakat di sekitarnya karena bentuknya yang mirip lumbung (bangunan tempat penyimpanan padi). Di dekat Candi Lumbung pernah ditemukan prasasti yang dikenal dengan Prasasti Kelurak. Menurut Boechari, seorang ahli epigrafi, prasasti ini berhubungan dengan pendirian Candi Sewu, mengingat adanya pendirian kirtistambha untuk Dewa Manjusri yang merupakan Dewa utama di Candi Sewu

Karena pasca gempa banyak situs candi yang mengalami kerusakan disekitar Candi Prambanan.

  • Lokasi Wisata.
 Jl. Blabak - Boyolali Tlatar, Krogowanan, Kec. Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
  • Jam Operasional.
08.00-18.00 WIB
  • Fasilitas.
-Area Parkir.
-Toilet.
  • Sejarah Wisata.
Di dekat Candi Lumbung pernah ditemukan prasasti yang dikenal dengan Prasasti Kelurak. Menurut Boechari, seorang ahli epigrafi, prasasti ini berhubungan dengan pendirian Candi Sewu, mengingat adanya pendirian kirtistambha untuk Dewa Manjusri yang merupakan Dewa utama di Candi Sewu. 

Candi Lumbung belum diketahui, apakah didirikan oleh Sri Maharaja Rakai Panangkaran seperti halnya Candi Sewu, belum dapat dijelaskan. Keadaan batu pada Prasasti Kelurak sudah sangat aus atau sudah sulit untuk dibaca, sehingga isi keseluruhannya kurang diketahui.

 Namun, secara garis besar prasasti Kelurak ini berisi tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang dimaksud dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak di Kompleks Percandian Prambanan. Nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini kini disimpan dengan No. D.44 di Museum Nasional, Jakarta.

sumber:https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/candi-lumbung-2/


Share:

Makam Sunan Panandaran, Sosok Besar Bagi Penyebaran Islam di Jawa Tengah

 

Deskripsi Singkat :
Makam Sunan Pandanaran terletak pada Desa Paseban, Kecamatan Bayat adalah salah satu tempat wisata religi yang berlokasi di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.Makam Sunan Pandanaran terkenal di kalangan peziarah dikarenakan merupakan salah satu penyebar agama Islam di daerah Bayat pada saat zaman Kerajaan Demak dan juga merupakan murid dari sang Sunan Kalijaga.

Makam Sunan Pandanaran terletak di sebuah bukit, pada bagian dasarnya terdapat makam umum kemudian anak tangga menuju kompleks makam utama yang berlokasi di puncak bukit.Terdapat 2 gentong yang terdapat ukiran naga maka dari itu  disebut Gentong Sinogo di dekat gapura. Didekat Gentong Sinogo disediakan gelas untuk siapa saja yang ingin meminum air yang ada di dalam Gentong Sinogo.

Sejarah Sunan Bayat
Sunan Bayat atau disebut juga Pangeran Mangkubumi Sunan Pandanaran (II), atau Wahyu Widayat) ialah tokoh besar penyebar agama Islam di Jawa Tengah yang disebut-sebut dalam beberapa babad serta cerita lisan. Ia mempunyai hubungan dengan sejarah Kota Semarang serta awal penyebaran agama Islam di Jawa, meskipun menurut adat tradisional ia tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makam beliau terletak pada perbukitan "Gunung Jabalkat" di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Dari sana lah, konon ia menyebarkan luaskan  ajaran Islam kepada para masyarakat di wilayah Mataram. Beliau hidup pada masa Kesultanan Demak tepatnya pada Abad-16.

 Ia adalah putra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama pada kota Semarang. putranya yaitu Pangeran Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua setelah peninggalan sang ayah. Dikisahkan, beliau memerintah dengan baik dan selalu taat pada ajaran Islam seperti ayahnya. Namun, terjadilah perubahan. Beliau yang dahulu sangat baik menjadi semakin pudar. Tugas pemerintahan sering beliau lalaikan, begitu pula mengenai perawatan tempat ibadah.

Sultan Demak Bintara, yang mengetahuinya, lalu mengutus sang Sunan Kalijaga dari untuk menyadarkan beliau. Pada akhirnya, beliau menyadari kelalaiannya, serta mengundurkan diri dari jabatannya dan menyerahkan pemerintaha Kota Semarang kepada sang adik.

Sunan Bayat kemudian berpindah ke selatan dengan isterinya, melewati daerah Salatiga, Boyolali, MojoSongo, Sela Gringging dan Wedi. Dikisahkan beliau inilah yang memberikam nama pada tempat tersebut. Beliau menetap di Tembayat sampai akhir hayatnya, yang sekarang berganti nama menjadi Bayat, Klaten, dan mendakwahkan Islam dari bayat pada para pertapa dan pendeta. Kesaktiannya mampu meyakinkan para masyarakat dan pendeta untuk memeluk agama Islam. Oleh karena itulah ia diberi julukan Sunan Bayat

Lokasi Tempat : Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Tepatnya pada Jl. Raya Bayat - Wedi 57462 Klaten Jawa Tengah.




Share:

Candi Gana, Candi yang Terlupakan



Candi Gana, Keindahan yang Tersembunyi di Sekitar Prambanan
  • Deskripsi Wisata.
Candi Gana merupakan salah satu Candi yang memiliki corak agama Buddha. Awal mulanya candi ini disebut sebagai Candi "Asu" atau "anjing" pada bahasa Jawa karena dahulunya sebelum masa pra pemugaran ada banyak sekali jumlah anjing di sekitar candi ini. Nama Candi Asu berubah menjadi Candi Gana dikarenakan ditemukan hiasan gana atau juga bisa  disebut "orang kerdil."

Candi Gana didirikan sekitar abad ke-9 Masehi, yang diketahui berdasarkan bentuk perbingkaian kaki dan bawah tubuh candi, yakni bingkai belah rotan dan sisi genta. Bentuk-bentuk belah rotan dan sisi genta merupakan tanda-tanda bangunan yang dibangun pada abad ke-9 Masehi saat Mataram kuno diperintah oleh dinasti Syailendara.

  • Lokasi Wisata.
Dusun Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

  • Jam Operasional.
07.00-17.00 WIB

  • Tiket Masuk.
Rp. 5.000,00

  • Fasilitas.
-Area Parkir.

-Toilet.

  • Sejarah Wisata.
Keberadaan Candi Gana memiliki kaitan erat dengan Candi Sewu. Bangunan bersejarah tersebut diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi Di masa kerajaan Mataram Kuno dibawah kepemimpinan Sri Raja Rakai Panangkaran yang kemudian dilanjutkan oleh Rakai Panangkaran.

Relief-relief pada candi Gana dipenuhi oleh unsur hewan, salah satunya adalah hewan anjing yang menjadi dasar penamaan Candi tersebut. Namum tidak ada penelitian lanjut tentang candi tersebut.




Share:

Candi Merak, Candi yang Dahulunya Terkubur Dalam Tanah.

  • Jam Operasional.
06.00-17.00 WIB

  • Tiket Masuk.
Rp. 5.000,00

  • Fasilitas.
- Area Parkir.

-Toilet.

-Mushola.

  • Sejarah Wisata.

Candi Merak berada di Klaten, tepatnya di Dukuh Candi, Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasi Candi Merah dapat ditemukan di sebelah barat laut Klaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Boyolali. Candi ini ditemukan dalam kondisi terkubur pada lahan kosong dengan Pohon Joho dengan beberapa arca yang sedikit terlihat.

Penemuan Candi Merak pertama kali terjadi pada tahun 1925. Dimana beberapa burung merak yang berada di sekitar wilayah ini ditemukan sering bertengger dan tidur di atas pohon Joho. Usia candi ini diperkirakan hampir memiliki kesamaan dengan Candi Bima yang bisa ditemukan di Kompleks Candi Dieng.

Penemuan Candi Merak maupun jenis candi lain di wilayah klaten menunjukkan adanya peradaban agung di wilayah tersebut. Hal ini dipercaya karena candi memiliki fungsi sebagai tempat ibadah dan upacara keagamaan. Latar belakang Candi Merak yang kental dengan agama hindu, membuat bangunan ini diperkirakan berdiri pada masa Kerajaan Mataram Kuno yaitu pada abad ke-8 dan ke-9.

dengan agama hindu dapat diperkirakan bangunan ini berdiri pada masa Kerajaan Mataram kuno pada abad ke-8 dan ke-9.

sumber:https://idsejarah.net/2021/04/candi-merak-klaten.html


Share:

Candi Sajiwan, Candi yang Memiliki 20 Relief Cerita Pancatantra


Sejarah Candi Sojiwan
sumber:https://www.javatravel.net/history/candi-sojiwan
  • Deskripsi Wisata.
Candi Sajiwan atau juga bisa disebut sebagai Candi Sajiwon merupakan salah satu Candi Buddhis yang menarik dikunjungi wisatawan yang berkunjung ke Kota Klaten. 

Candi Sajiwan memiliki ciri khas yang sangat unik, yaitu pada relief-relief yang terletak pada kaki-kaki Candi Sajiwan. Terhitung terdapat sekitar 20 relief di kaki Candi Sajiwan. relief tersebut memiliki hubungan dengan cerita-cerita Jataka atau Pancatantra yang berasal dari India. Sayangnya dari 20 relief tersebut tinggal 19 relief yang masih terdapat pada Candi Sajiwan.

  • Lokasi Wisata.
Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Prambanan.

  • Jam Operasional.
08.00-17.00 WIB

  • Tiket Masuk.
Rp. 8.000,00 untuk dewasa dan Rp. 2.000,00 untuk anak.

  • Fasilitas.

-Area parkir kendaraan memadai.
-Pusat informasi wisata candi.
-Gazebo.
-Toilet umum.
-Tempat duduk untuk bersantai.
  • Sejarah Wisata.
Keberadaan Candi Sojiwan pertama kali dilaporkan oleh utusan Raffles bernama Kolonel Colin Mackenzie pada 1813. Saat itu, kondisi candi sudah runtuh, hanya ditemukan sisa-sisa tembok, reruntuhan, dan beberapa arca. Kini, Candi Sojiwan telah dipugar dan menampakkan bentuk yang megah. 

Terkait siapa yang membangun Candi Sojiwan, para ahli mengaitkannya dengan Prasasti Rukam yang pernah ditemukan di Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti bertarikh 829 Saka atau 907 Masehi itu berisi peresmian perbaikan Desa Rukam, yang sebelumnya hancur akibat letusan gunung berapi, oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana. Warga Desa Rukam juga diberi kewajiban untuk memelihara bangunan suci yang ada di Limwung. Para ahli menduga bahwa bangunan suci yang dimaksud adalah Candi Sojiwan. 

Candi Sojiwan didirikan sebagai bentuk penghormatan dari Raja Dyah Balitung, yang memerintah Mataram Kuno antara 899-911, untuk neneknya yang bernama Nini Haji Rakryan Sanjiwana. Nini Haji Rakryan Sanjiwana diduga sebagai nama lain dari Ratu Pramodhawardhani, permaisuri Rakai Pikatan yang memerintah Mataram Kuno pada pertengahan abad ke-9.

sumber:https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/27/130000679/candi-sojiwan--sejarah-letak-dan-relief?page=all#page2


Share:

Candi Plaosan, Candi Budha yang Memiliki Sejarah Asmara


Keindahan Candi Plaosan

sumber:https://www.homestayjogja.co.id/wisata/candi-plaosan-daya-tarik-fasilitas-harga-tiket/ 
  • Deskripsi Wisata.
Candi Plaosan merupakan salaha satu wisata budaya yang cukup diminati oleh wisatawan setempat maupun luar. Candi Plaosan termasuk kedalam salah satu wisata candi buddha. Candi ini disebut sebagai Candi Plaosan karena kompleks percandian ini terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan. 

Kompleks Candi Plaosan dibangun pada abad ke-9 oleh leh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno. Kompleks candi ini terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Cndi Plaosan Kidul.

  • Lokasi Wisata.
Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

  • Tiket Masuk.
Rp. 6.000,00
  • Jam Operasional.
Senin-Minggu : 08.00 WIB-17.00 WIB

  • Fasilitas.
-Area Parkir.

-Toilet.

-Mushola.

  • Sejarah Wisata.

Sejarah atau latar belakang dari terbangunnya Sejarah Candi Plaosan, dimulai ketika Rakai Pikatan memutuskan untuk menikah dengan Pramordhawardani. Walaupun hubungan percintaan mereka menimbulkan banyak keresahan dan penolakan, karena perbedaan agama yang mereka anut, dimana Rakai Pikatan berasal dari Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu, sedangkan Pramordhawardani berasal dari Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha.

Keputusan mereka untuk menikah yang di dasari oleh rasa cinta dengan mengesampingkan perbedaan keyakinan yang dimiliki. Rakai Pikatan yang membangun Candi sebagai lambang rasa cinta-nya kepada sang istri. Serta, keputusan Rakai Pikatan untuk memberikan kebebasan kepada sang istri untuk menganut agama yang berbeda. Membuat Candi Plaosan sebagai bukti nyata bahwa kekuatan cinta dapat menjadi alat untuk menyatukan perbedaan, serta menjadi simbol toleransi umat beragama.

Tidak hanya itu saja, pahatan relief yang ada di candi dapat di interpretasi-kan sebagai perasaan cinta antara Rakai Pikatan dengan istrinya, Pramordhawardani. Relief candi yang menggambarkan laki-laki merupakan bentuk kekaguman Pramordhawardani terhadap sang suami, dan relief yang menggambarkan perempuan sebagai bentuk luapan cinta Rakai Pikatan terhadap sang istri.

Cerita asmara kedua insan ini menjadi mitos tersendiri untuk pasangan yang mengunjungi Candi Plaosan. Mitos yang beredar menyatakan, pasangan yang datang ke Candi Plaosan, niscaya hubungan mereka akan langgeng. Mitos ini, berbalik 180 derajat dengan Candi Prambanan, yang menyatakan apabila pasangan mengunjungi Candi Prambanan, maka hubungan keduanya akan menjadi retak.

sumber:https://sejarahlengkap.com/bangunan/sejarah-candi-plaosan


Share:

Panoraten

Kota Klaten

Jumlah Pengunjung

Tempat Berincang